MITOS | Makassar — Upaya Pelestarian Bahasa Makassar di tengah arus globalisasi yang mengikis keberagaman budaya.
Seorang guru di SMPN 6 Moncongloe, Kabupaten Maros, berjuang untuk melestarikan bahasa Makassar. Bukan di ruang kelas konvensional, tetapi di sebuah “Kampus Lorong” yang unik, yaitu Komunitas Anak Pelangi (K-Apel). Muh Assyiri berbagi ilmu dan semangat kepada generasi muda.
Pada Jumat, 16 Mei 2025, Muh Assyiri kembali mengajar di komunitas tersebut. Bukan sekadar mengajar tata bahasa, ia membangkitkan kecintaan terhadap bahasa daerah yang kian terpinggirkan.
“Penutur bahasa Makassar semakin berkurang, terutama di perkotaan,” ujarnya. Generasi muda, menurutnya, hanya sedikit yang fasih berbahasa Makassar, sementara generasi tua menjadi penutur dominan.
Dalam sesi pembelajaran kali ini, fokusnya adalah pada huruf vokal dan konsonan bahasa Makassar. Anak-anak diajak untuk merangkai huruf-huruf tersebut menjadi kalimat-kalimat sederhana. Ini merupakan upaya untuk mengisi kekosongan pembelajaran bahasa Makassar di sekolah-sekolah formal.
“Seringkali, pelajaran bahasa Makassar di sekolah hanya sebatas membaca dan menulis huruf lontara, tanpa pengembangan yang memadai,” ungkapnya. Kurangnya guru yang berkualifikasi di bidang pendidikan bahasa daerah juga menjadi kendala.
Berbeda dengan pendekatan di sekolah formal, guru ini menerapkan metode pembelajaran yang lebih modern dan interaktif.
Antusiasme anak-anak Komunitas Anak Pelangi menjadi bukti keberhasilan pendekatan ini. “Melihat respon positif mereka, saya semakin termotivasi untuk terus memodernisasi pembelajaran bahasa daerah agar lebih menarik bagi generasi muda,” katanya. Ia berencana untuk memberikan materi-materi yang lebih inovatif di masa mendatang.
Upaya guru ini patut diapresiasi. Melalui inisiatif sederhana di “Kampus Lorong”, ia bukan hanya mengajarkan bahasa Makassar, tetapi juga menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal.
Semoga inisiatif Pelestarian Bahasa Makassar ini menginspirasi lebih banyak orang untuk ikut serta melestarikan kekayaan bahasa dan budaya Indonesia.
Discussion about this post