MITOS | Makassar — Kisah mistis para bestie dan rumah kosong terjadi sepulang berkunjung dari rumah bestie lainnya yang akan menunaikan ibadah haji Tahun 1446 H.
Angin sepoi-sepoi membawa aroma khas larut malam dan tanah, membelai wajah keempat bestie ; Ani, Nani, Erin dan Lince.
Rumah di tengah rimbunnya pepohonan, dengan cat yang mengelupas dan jendela-jendela yang pecah, memiliki pagar yang menjulang tinggi, berdiri megah namun menyeramkan.
Saat mereka berjalan beriringan di depan sebuah rumah kosong yang terbengkalai. Lince, sang paling berani di antara mereka, bersama para bestie mendengar suara gemuruh di atas atap saat berjalan tepat di depan rumah kosong tak berpenghuni itu.
“Rumah ini kayak di film-film horor, ya?” kata Lince. Ani, yang cenderung penakut, merapatkan langkahnya pada Nani dan Erin. “Jangan bercanda, Lince! Merinding aku,” bisiknya.
Nani, si penengah, tersenyum. “Tenang saja, kalian. Rumah kosong memang sedikit menyeramkan, tapi selama kita tidak berbuat macam-macam, tidak akan terjadi apa-apa,” katanya menenangkan.
Sembari lanjut berjalan, mereka mengamati rumah itu lebih dekat. Terlihat jelas ukiran-ukiran kayu tua di bagian depan rumah, menceritakan mungkin kisah-kisah masa lalu penghuninya.
Tidak berlangsung lama saat mereka melanjutkan perjalanan, percakapan bisik-bisik pun berganti menjadi suasana seram dan mencekam layaknya orang yang lagi paranoid, saat suara gemuruh atap rumah kosong tersebut semakin kencang terdengar.
Lince melirik ke arah rumah, rasa penasaran dan sedikit ketakutan masih bercampur aduk dalam hatinya.
“Ambilkan ka’ batu biar saya melempar ke rumah itu, klo bisa batu yang berukuran besar,” pintanya kala itu.
Merasa tidak memperoleh respon dari bestie-bestie lainnya, Lince pun menoleh ke belakang sembari membalikkan badannya, namun apes menimpanya, kerana tak seorang bestie dilihatnya.
Ternyata para besti sudah mengambil langkah seribu lebih dini meninggalkan jalan yang tepat berada di depan rumah kosong dan nampak angker itu. Nani dan Erin mengambil langkah seribu berbelok ke arah kanan, sementara Ani seorang diri berbelok ke arah kiri.
Apa nyana, spontan Lince sang pemberani, meski tertinggal seorang diri dengan rasa yang semakin kuat, akhirnya menyusul para bestie yang sudah menghilang lebih dahulu dengan langkah-langkah yang tidak terarah.
Di ujung jalan, ketika rumah tak berpenghuni itu sudah tak terlihat lagi, ternyata para bestie pun turut tak nampak lagi. Mereka ternyata sudah masuk ke dalam rumah pribadi masing-masing.
Meskipun menyeramkan, telah menjadi bagian dari petualangan malam Kisah Mistis Para Bestie dan Rumah Kosong serta pengalaman yang akan mereka kenang selamanya.
Dan mungkin, misteri rumah kosong itu akan menjadi cerita seru yang akan mereka ceritakan kepada teman-teman mereka kelak.
Discussion about this post